Monday, 30 November 2015

Kurikulum 1984 (CBSA)

PEMBAHASAN

2.1  Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya.  Pada kurikulum ini posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,  mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta). Konsep CBSA yang elok secara teoretis dan bagus hasilnya disekolah-sekolah yang di uji cobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.

Pendekatan CBSA menitik beratkan pada keaktifan siswa yang merupakan inti dari kegiatan belajar yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi dan sebagainya. Pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran sesuai dengan tingkat dan jenjang pendidikan. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif. Kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.

Metode pembelajaran menggunakan konsep CBSA atau dengan kata lain siswa menjadi subjek dalam pembelajaran karena siswa diberikan kesempatan untuk aktif secara fisik, mental, intelektual dan emosional.

HAKIKAT CBSA
Keaktifasn dalam rangka CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dalam hal di persyaratkan keterlibatan langsung dalam perlbagai bentuk keaktifan fisik. Salah satu cara untuk meninjau derajat ke CSBSA-an di dalam peristiwa belajar mengajar adalah dengan menkonsepsikan rentangan antara dua kutub gaya mengajar. McKeachie mengemukakakn tujuh dimensi di dalam proses belajar mengajar,yang didalamnya dapat terjadi variasi kadar ke CBSA-san. Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud adalah :
1. Partisipasi siswa di dalam menteapkan tujuan kegiatan belajar mengajar
2. Tekanan pada aspek afektif dalam pengajaran.
3. Partispasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Penerimaan (acceptance) guru terhadap perbuatan atau kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah.
5. Kekohesifan kelas sebagai kelompok.
6. Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan -keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
7. Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa baik aatau tidak maupun yang berhubungan dengan pelajaran(Hasibuan, 1995:9)
  
Ciri-ciri Umum dari  Kurikulum CBSA:
1.      Berorientasi pada tujuan instruksional
2.      Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
3.      Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
4.      Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat kelas semakin banyak materi pelajaran yang di bebankan pada peserta didik
5.      Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.

Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut:
1.      Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah : Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
2.      Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
3.      Perubahan program jurusan. Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari:
a.       A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
b.      A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
c.       A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
d.      A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.
Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat program B memerlukan 93 sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara ditiadakan.

IMPLIKASI CBSA BAGI SISTEM PENYAMPAIAN
Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan dalam bagian-bagian terdahulu menyarankan implikasi perubahan perencanaan dan pelaksanaan penyajian kegiatan belajar mengajar yang cukup mendasar. Pengalaman belajar yang diberikan kepada calon guru atau instruktor hendaknya jangan memisahkan komponen akademik dengan komponen profesional, jangan diceraikan teori dan praktek.Disamping itu faktor guru sendiri (filosofinya, ketrampilannya, serta faktor-faktor kepribadian lainnya) serta faktor-faktor eksternal seperti tersedianya fasilitas dan besarnya kelas, ikut pula menentukan pilihan cara penyampaian. Salah satu kemungkinan strategi pengkajian ke CBSA-an suatu kegiatan belajar mengajar sudah barang tentu sekaligus implisit termasuk pengkajian keserasian dengan tujuan yang mau dicapai melalui kegiatan yang dimaksud, dilukiskan dalam diagram. Akhirnya filosofi guru agaknya patut memperoleh sorotan khusus, CBSA bertolak darri anggapan bahwa siswa memiliki ptensi tersebut hanya dapat diwujudkan apabila mereka diberi babnyak kesempatan untuk berpikir sendiri. Oleh karena itu maka cara memandang dan menyikapi tugas guru harus berorientasikan bukan lagi sebagai sang mahatahu yang siap untuk memebri kebijaksanaan (Hasibuan, 1995:10)

Teknik Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi yang serempak dilaksanakan per semester, dimana masih lebih menekankan pada evaluasi terhadap tingkat penguasaan pengetahuan, prinsip dan konsep-konsep. Penilaian terhadap penguasaan keterampilan masih bersifat sebagai unsur penunjang. Penilaian terhadap praktek biasanya dilakukan pada semester ke 5 atau semester 1 di tingkat 3.

Kelebihan kurikulum 1984
1.      Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci, sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
2.      Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan pendapat
3.      Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan tugas.
4.      Anakdapatbelajardaripengalamanlangsunglangsung.
5.      Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.
6.      Memasyarakatkan  keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan berpartisipasi secara aktif

Kelemahan kurikulum 1984
1.      Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok.
2.      Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
3.      Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
4.      Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan ketinggalan.
5.      Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa serta tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.
6.      Diperlukan waktu yang  banyak dalam pembelajaran menyebabkan materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
7.      Guru kurang berperan aktif

2.2  Matematika Pada Kurikulum 1984
Dengan memperhatikan karakteristik Kurikulum Matematika 1984 dan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik (PMR), seperti yang telah diuraikan di atas, dapat dikemukakan beberapa argumentasi berikut ini.
1.      Walaupun dalam Kurikulum Matematika 1984 disebutkan lebih memperhatikan perkembangan kemampuan siswa, namun dalam pembelajaran penyajian matematika terlalu cepat menuju bentuk formal (abstrak) matematika. Hal ini berbeda sama sekali dengan PMR yang dalam pembelajaran menganut proses matematisasi horisontal dan vertikal.
2.      Pembelajaran matematika dalam Kurikulum 1984 lebih didominasi oleh pendekatan deduktif serta metode ekspositori, demonstrasi, dan pemberian tugas. Kegiatan pembelajaran lebih bersifat top-down, dilakukan melalui pemberian definisi, penjelasan konsep, pemberian contoh soal dan latihan. Sedangkan dalam PMR siswa ditempatkan sebagai bagian sentral dalam proses pembelajaran, dalam arti siswa dilibatkan serta aktif berpartisifasi dalam membangun pengetahuannya. Pendekatan seperti ini bercirikan paham konstruktivisme yang sesungguhnya mendorong siswa untuk membangun pengetahuan mereka dengan pendekatan bottom-up diawali dengan pemanfaatan pengalaman serta apa yang siswa ketahui.
3.      Peranan guru dalam pendekatan top-down lebih sebagai pengajar untuk mentranfer matematika dalam bentuk formal. Sedangkan dalam pendekatan yang bersifat bottom-up peranan guru lebih sebagai fasilitator yang tidak 6 mendominasi keseluruhan proses pembelajaran, melainkan memantau serta memberi arahan kepada siswa untuk menemukan berbagai strategi penyelesaian terhadam masalah matematika yang diberikan, atau guru menuntun siswa mengkonstrusi pengetahuan mereka.
4.      Dalam Kurikulum Matematika 1984 masalah matematika atau lebih dikenal dengan soal cerita atau soal aplikasi biasanya diberikan setelah konsep matematika dipahami siswa. Sebaliknya, dalam PMR pemahaman dan pemaknaan matematika diharapkan dapat terjadi melalui penyajian masalah kontekstual pada awal kegiatan pembelajaran.
5.      Kurikulum Matematika 1984 dan PMR keduanya menekankan pada Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pembelajaran matematika dalam Kurikulum 1984 CBSAnya lebih pada aspek reinforcement, sedangkan dalam PMR CBSAnya lebih pada aspek reinvention.
6.      Kurikulum Matematika 1984 dan PMR keduanya menekankan pemahaman matematika, namun Kurikulum Matematika 1984 lebih berorientasi pada hasil belajar sedangkan dalam PMR lebih berorientasi pada proses belajar.
7.      Kurikulum Matematika 1984 memperhatikan keruntutan materi pelajaran namun belum memadukan antarkonsep (intertwining) matematika. PMR “kurang” memperhatikan urutan topik dalam kegiatan pembelajaran namun lebih mengutamakan pada intertwin konsep.
Khusus untuk mata pelajaran matematika di SD, materi matematikanya difokuskan kepada peningkatan keterampilan melakukan operasi hitung secara mencongak.
Pembelajaran matematika dalam Kurikulum 1984 lebih didominasi oleh pendekatan deduktif serta metode ekspositori, demonstrasi, dan pemberian tugas. Kegiatan pembelajaran lebih bersifat top-down, dilakukan melalui pemberian definisi, penjelasan konsep, pemberian contoh soal dan latihan.
Dalam Kurikulum Matematika 1984 masalah matematika atau lebih dikenal dengan soal cerita atau soal aplikasi biasanya diberikan setelah konsep matematika dipahami siswa.



Tugas Algoritma Pemrograman

FLOWCHART
GAME HIMPUNAN MATEMATIKA
Haryati Kurniawati  (2225142203)


Rancangan Game
  1. Pertama-tama siswa membuka permainan, siswa diarahkan ke menu.
  2. Dihalaman menu siswa melihat pilihan sound, mulai permainan dan exit.
  3. Pada pilihan “sound” siswa dapat mengatur suara permainan.
  4. Pilihan “memulai permainan” untuk mulai bermain.
  5. Dan terakhir pilihan “exit” untuk keluar dari permainan.
  6. Ketika siswa diarahkan ke pilihan “memulai permainan” siswa akan memulai sebuah permainan yang berhubungan dengan materi himpunan matematika.
  7. Saat permainan sudah dimulai maka akan muncul beberapa soal cerita yang mengintruksikan siswa untuk mengelompokan beberapa himpunan, mengisi irisan dan gabungan.
  8. Disetiap mengerjaklan soal, siswa diberikan waktu setengah menit untuk setiap soalnya.
  9. Apabila jawaban benar, maka skor akan bertambah.
  10. Apabila jawaban salah, maka skor akan berkurang.
  11. Setelah permainan selesai maka skor akhir akan muncul.
  12. Selesai bermain pilih exit.

Resep Omelet



Bahan-bahan:
  • Tepung terigu
  • Mie instan / makaroni / sebagainya
  • Telor
  • Cabai merah
  • Cabai rawit
  • Bawang bombay
  • Daun bawang
  • Kornet
  • Sosis
Langkah-langkah:
  1. Pertama rebus mie instan sampai matang atau sesuai selera anda, lalu tiriskan.
  2. Masukkan mie instan yang sudah direbus kedalam baskom, dilanjutkan dengan memasukkan tepung terigu kedalamnya sehingga menutupi mie instan (tapi jangan terlalu banyak juga).
  3. Kemudian masukkan telur dan bahan-bahan lainnya yang sudah diiris iris ( cabai merah, cabai rawit, bawang bombay, daun bawang, sosis) dan juga kornet bila perlu tambahkan bahan lainnya sesuai selera,
  4. Beri air secukupnya kemudian aduk hingga rata, usahakan jangan terlalu cair dan juga tidak terlalu terlihat kental (sama seperti membuat bakwan)
  5. Sediakan double pan untuk memasaknya, tuangkan seluruh isi adonan yang ada di baskom tadi dan ratakan.
  6. Tunggu bagian bawah matang, kemudian dibalik.
  7. Setelah matang, Bakwan Pizza siap dinikmati ^^
Selamat Mencoba 

Tips Perawatan Aksesoris Flanel


  • Simpan aksesoris yang sudah selesai dipakai dalam plastik berperekat satu persatu agar tidak mudah kotor dan tidak mudah menyatu antara satu dengan lainnya.

  • Setelah dimasukkan satu persatu ke dalam plastik berperekat, simpan aksesoris tersebut dalam wadah aksesoris khusus, misal kotak plastik.

  • Jika permukaan aksesoris flanel sudah mulai berbulu, guntinglah permukaan yang berbulu tadi dengan gunting tajam secara perlahan sampai bulu-bulu halusnya menghilang.

  • Jika kotor, cuci aksesoris yang memungkinkan untuk dicuci. Caranya:
  1. Rendam sebentar aksesoris flanel dalam wadah berisi air hangat dengan deterjen tanpa pemutih.
  2. Hindari menyikatnya, cukup kucek lembut perlahan-lahan dengan jari agar kotoran dan debunya hilang.
  3. Boleh direndam sebentar saja dalam larutan pelembut pakaian agar tetap lembut permukaan kainnya.
  4. Peras lembut dan jemur. Hindari menjemur di bawah sinar matahari secara langsung untuk mencegah pudarnya warna kain. 

Pengembangan Tujuan Dan Materi Kurikulum

PENGEMBANGAN TUJUAN DAN ISI KURIKULUM





DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5
HARYATI KURNIAWATI (2225142203)
INDAH NOVIANA N (2225142129)
OULA FALAHIYAH (2225142301)
RESTU YASHINTA K (222514)
YUSUF MULYANA (2225141682)

DOSEN PENGAJAR:
ETIKA M.Pd

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015

BAB I
                                        PENDAHULUAN                                       

1.1            Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa (Sanjaya,2008).
Proses pengembangan kurikulum menurut zais harus dimulai dengan asumsi-asumsi filosofis sebagi system nilai (Value System) atau pandangan hidup suatu bangsa. Berdasarkan asas filosofis itulah selanjutnya ditentukan tentang hakikat pengetahuan, sosiokultural, hakikat anaka didik, dan teori-teori belajar. Inilah yang menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum, dengan kata lain landasan pengembangan kurikulum itu meliputi asas filosofis, asas psikologis, dan asas sosial budaya termasuk didalamnya asas teknologis. Manakala telah ditentukan landasan-landasan sebagai fondasi kurikulum, maka ditentukan komponen-komponen kurikulum yang menyangkut baik tujuan umum maupun tujuan khusus, isi atau materi pelajaran kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Pada dasarnya proses pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan keempat komponen tersebut yang dilandasi asas-asas pengembangannya sebagai fondasi. Pengembangan komponen-komponen inilah yang kemudian membentuk sistem kurikulum.
Description: https://riedushine.files.wordpress.com/2013/05/komponen-kurikulum1.jpg?w=487Gambar 1.Komponen sistem kurikulum.
Adapun proses pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan penyempurnaan kurikulum atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan kurikulum, dan hal tersebut bisa dikatakan bahwa terjadinya perubahan-perubahan kurikulum mempunyai tujuan untuk perbaikan. Suatu kurikulum tidak dapat terbentuk atau tidak dapat dikembangkan tanpa adanya tujuan khusus sebagai hasil yang diharapkan. Dengan adanya tujuan, maka akan memudahkan para pemegang kurikulum dalam menentukan nilai-nilai apa saja yang harus ada dalam kurikulum tersebut. Karena itu, sebagai orang yang kelak akan berperan dalam implementasi kurikulum, sangat penting bagi para calon pendidik untuk memahami dan menguasai tata cara pengembangan tujuan dan isi kurikulum.

1.2             Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui atau memahami tata cara pengembangan tujuan dan isi kurikulum, serta sebagai tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran.

1.3             Ruang Lingkup Materi

Makalah ini memiliki ruang lingkup materi. Adapun ruang lingkup materi sebagai berikut :
v  Pengertian kurikulum
v  Pengertiaan pengembangan kurikulum
v  Pengembangan tujuan kurikulum
v  Pengembangan isi atau materi kurikulum



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lembar Informasi

2.1.1 Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan dan isi atau bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

2.1.2 Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang mana didalamnya mencakup beberapa hal diantaranya adalah: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun didalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

2.1.3 Pengembangan Tujuan Kurikulum
Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam kurikulum. Alasan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dengan demikian perumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam sebuah kurikulum.
2.      Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan, bahkan akan membantu guru dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat memberikan arahan kepada guru dalam menentukan bahan atau materi yang harus dipelajari, menentukan metode dan strategi pembelajaran, menentukan alat, media, dan sumber pembelajaran, serta merancang alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan belajar siswa.
3.      Tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, para pengembang kurikulum termasuk guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
1.     Klasifikasi Tujuan
        Menurut Bloom, dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu  domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
A.    Domain Kognitif
        Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dar 6 tingkatan, yaitu:
1)         Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah tingkatan tujuan kognitif yang paling rendah.
2)         Pemahaman
Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari penetahuan. Pemahaman bukan sekedar mengingat fakta, akan tetapi akan berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep.
3)         Penerapan
Penerapan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi lagi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman.
4)         Analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antarabagian bahan itu.
5)         Sintesis
Sintesis  adalah kemampuan unuk menghimpun bagian-bagia n ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia.
6)         Evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif.

B.     Domain Afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan aspresiasi. Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut Krathwohl, dkk. (1964), dalam bukunya Taonomy of Educational Objectives: Affective Domain, domain afektif memiliki tingkatan yaitu:
1)         Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah.
2)         Merespons
Merespons atau menanggapi ditunjukan oleh kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti, kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk diskusi, kemauan untuk membantu orang lain, dan sebagainya.
3)         Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauaan untuk memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu ojek tertentu.
4)         Mengorganisasi
Tujuan yang berhubungan dengan organisasi berkenaan dengan pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan antaranilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.
5)         Karakterisasi nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintensis dan internalisasi sistem nilai dengan mengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnya itu dijadikan pandangan (filsafah) hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak dan berperilaku.

C.     Domain Psikomotor
        Domain Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan seseorang. Ada enam tingkatan yang termasuk ke dalam domain ini:
1)         Gerak refleks;
2)         Keterampilan dasar;
3)         Keterampilan perseptual;
4)         Keterampilan fisik;
5)         Gerakan keterampilan;
6)         Komunikasi nondiskursif;
        Dengan bahasa lain, ketiga domain itu (kognitif,afektif dan psikomotor) dapat digambarkan dala “3H”, yaitu “Head” (kelapa) atau pengembangan bidang intelektual (kognitif), “Heart” (hati), yaitu pengembangan sikap (afektif) dan "Hand” (tangan) atau pengembangan keterampilan (pisikomotor).
        Pencapaian ketiga dominan secara seimbang harus menjadi acuan dan target setiap guru dalam proses pembelajaran.
2.      Herarkis Tujuan

      Dilihat dari herarkisnya tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat umum sampai tujuan yang khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur. Tujuan pendidikan dari bersifat umum sampai kepada tujuan khusus itu dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
a.       Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
TPN adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofi. Suatu bangsa.
b.      Tujuan Instituasional
Tujuan Instituasional, adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan.
c.       Tujuan Kulikuler
Tujuan Kulikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran.
d.      Tujuan Pembelajaran/Instruksional
Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang disebut juga dengan tujuan instruksional, merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tetentu.

2.1.4     Pengembangan Materi Kurikulum

Bahan atau materi kurikulum (curriculum materials) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami siswa dalm upaya mencapai tujuan kurikulum.
1.         Sumber-sumber Materi Kurikulum

Isi atau materi kurikulum pun harus bersumber pada tiga hal tersebut, yakni:
a. Masyarakat berserta budayanya
b. Siswa
c. Ilmu Penetahuan
 Dalam menentukan isi kurikulum ketiga bersumber tadi harus digunakan secara seimbang. Isi kurikulum yang terlalu menonjolkan salah satu aspek, dapat mengaruhi keseimbangan makna pendidikan.

a.          Masyarakat sebagai Sumber Kurikulum
       Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat. Kebutuhan masyarakat lingkungan sekitar atau lokal diperlukan oleh sebab setiap daerah memiliki kebutukan dan karakteristik yang berbeda baik dilihat dari sudut geografis, budaya dan adat istadat maupuan potensi daerah. Dilihat dario keadaan geografis, setiap derah memiliki perbedaan misalnya ada daerah pegunungan, pesisir, daerah perkotaan.
       Perkembangan budaya nasional adalah perkembangan budaya yang terus-menerus yang selama ada dalam status “in the maiking” Oleh karenanya materi, kurikulum selamanya harus berubah sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat.
       Globalisasi merupakan gelombang yang sangat hebat menerap seluruh kawasan dunia. Siap atau tidak, kita tidak mungkin mehindari dari arus globalisasi itu sendiri. Oleh sebab itu, arus globalisasi bukan untuk dihindari akan tetapi merupakan sesuatu yang harus kita hadapi. Materi kurikulum sebagai alat pendidikan harus bersumber dari kepentingan masyarakat global. 

b.         Siswa sebagai Sumber Materi Kurikulum
Di samping masyarakat berserta kebudayaannya, penetapan materi kurikulum juga dapat bersumber dari siswa itu sendiri. Mengapa siswa harus dijadikan sumber dalam penetapan isi kurikulum? Ya, hal ini disebabkan tugas dan fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan seluruh potensi siswa. Maka tidak heran kalau kebutuhan anak harus menjadi salah satu sumber materi.
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rumusan isi kurikulum dikaitkan dengan siswa, yakni:
1)         Kurikulum sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan anak
2)         Isi kurikulum sebaiknya mencangkup keterapilan, pengetahuan dan sikap yang dapat digunakan siswa dalam pengalamannya sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya pada masa yang akan datang.
3)         Siswa hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatan sendiri dan tidak sekedar hanya penerima secara pasif apa yang diberikan guru.
4)         Apa yang dipelajari siswa hendaknya sesuai dengan minat dan keinginan siswa.
Kebutuhan siswa sebagai dasar penetapan materi kurikulum dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi pisikobiologis dan sisi kehidupan sosial. Sisi pisikologis berkenaan dengan apa yang timbul dengan siswa berdasarkan kebutuhan pisikologis dan biologis yang dinyatakan dalam keinginan dan harapan mereka, tujuan dan masalah yang diminati untuk dipelajari. Sisi kebutuhan sosial berkenaan dengan tuntutan masyarakat, apa yang dianggap perlu untuk kehidupannya, agar mereka hidupdi masyarakat.
Menurut Maslow kebutuhan manusia itu terdiri dari kebutuhan akan:
a.     Survival atau kebutuhan fisiologis;
b.     Security atau kebutuhan rasa aman;
c.     Love and belonging atau kebutuhan untuk dicintai;
d.     Self esteem atau kebutuhan personal 9harga diri);
e.     Self-actualization kebutuhan untuk mengatualisasikan diri.

c.          Ilmu Pengetahuan sebagai Sumber Kurikulum
Ilmu adalah pengetahuan yang terorganisir secara sistematis dan logis.

2.         Tahap Penyeleksian Materi Kurikulum

Tahap penyeleksian materi kurikulum adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh pengembang materi kurikulum dalam menentukan isi atau muatan kurikulum.
a.       Identifikasi Kebutuhan (need assessment)
Kebutuhan (need) adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan.
b.      Mendapatkan Bahan Kurikulum (Assess the curriculum materials)
Mendapatkan bahan kurikulum yang sesuai dengan tujuan bukanlah pekerjaan mudah. Poses pelaksanaannya diperlukan perencanaan yang matang serta dan keseriusan yang sungguh-sungguh.
c.       Analisis Bahan (analyze the materials)
Menganalisis materi/bahan kurikulum dapat dilakukan dengan melihat informasi tentang bahan yang bersangkutan misalnya, dengan melihat nama pengarang, edisi dan tahun terbitan, termasuk penerbirnya sendiri.
d.      Penilaian bahan kurikulum (Appraissal of curriculum materials)
Manakala bahan kurikulum telah dianalisis keakuratanya, maka selanjutnya diberikan penilaian, apakah bahan itu layak digunakan atau tidak, sesuaikah dengan tututan kurikulum atau tidak.
e.       Membuat keputusan mengdopsi bahan (Make an Adoption Decision)
Membuat keputusan apakah bahan layak untuk diadopsi atau tidak, merupakan tahap terakhir menyeleksi bahan.

3.         Jenis-jenis Materi Kurikulum

 Biasanya materi kurikulum yang harus dipelajari siswa terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan keterampilan. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang  terjadi yang dapat diuji atau observasi.
 Konsep adalah abstraksi kemasan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat.
 Ada juga yang lebih tinggi dari generalisasi atau prinsip, yaitu yang dinamakan teori.
Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang memerlukan manipulasi  dan koordinasi informasi.

4.         Kriteria penetapan Materi Kurikulum

 Secara umum hada beberapa petimbangan dalam meetapkan materi kurikulum baik khususnya ditinjau dari sudut siswa, yakni:
a.    Tingkat Kematangan Siswa
b.   Seperti yang telah dikemukakan, setiap anak memiliki taraf perkembangan atau taraf kematangan yang berbeda. Tingkat kematangan anak usia SD berbeda dengan tingkat kematangan anak usia SMP. Isi atau materi kurikulum harus sesuai dengan tahap kematangan anak. Tingkat kematangan akan sejalan dengan tingkat erkembangan psikologi anak.
c.    Tingkat Pengalaman Anak
Tingkat kemampuan akan menentukan tingkat kemampuan anak dalam melakukan sesuatu.
d.   Tarap Kesulitan Materi
Materi kurikulum disusun dari yang mudah menuju yang sulit; dari yang konkret menuju yang abstrak; dari yang sederhana menuju yang komplesks.

Hunkins (1988) mengemukakan lima kriteria dalam mengorganisasi isi pelajaran. Pertama, kriteria yang berhubungan dengan ruang lingkup isi pelajaran. Kretria ini menyakut kleluasan dan kedalaman isi kurikulum sesuai dengan tujuan yang hendaknya dicapai.
 Kedua, kriteria yang berkaitan dengan keterkaitan atau hubungan antara materi atau isi pelajaran yang satu dengan yang lain. Hal ini dimaksudkan agar pengalaman belajar siswa terjadi secara utuh, tidak terkotak-kotak.
 Ketiga, bekaitan dengan urutan isi dengan pengalaman belajar secara vertiikal.
 Keempat, isi dan pengalaman belajar harus disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks secara kesinambungan, sehingga pemahaman dan kemampuan siswa berkembang sampai tuntas.
 Kelima, yang disebut dengan artikulasi dari keseimbangan. Artikulasi artinya bahwa isi kurikulum harus memiliki keterkaitan baik keterkaitan antara pelajar satu dengan pelajar yang lain, maupun keterkaitan dilihat dari tingkat kesulitannya.
2.2  Lembar Kerja
·      Pertanyaan
Menurut kalian, Apakah tujuan pendidikan nasional menurut UU No.20 Tahun 2003 Pasal 3 sudah terealisasikan didalam kurikulum 2013? Berikan alasannya.

·        Jawaban
1.      Kelompok 1
Menurut kelompok kami, tujuan kurikulum nasional dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3, belum sepenuhnya terealisasikan didalam Kurikulum 2013. Karena K13 sendiri pun masih dalam tahap pengembangan dan penyesuaian. Jadi, tujuannya pun belum terlaksana dengan sempurna.
2.      Kelompok 2
Belum, karena terdapat beberapa tujuan yang belum terealisasikan seperti salah satunya membentuk watak. Karena watak / sikap siswa saat ini masih sangat kurang baik, seperti masih mencontek, kurangnya sopan santun terhadap sesama, suka membuang sampah sembarangan dan lain-lain. Akan tetapi adajuga beberapa tujuan yang telah terealisasikan, seperti mengembangkan kemampuan.
3.      Kelompok 3
Menurut kami, UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 sudah terealisasikan dalam kurikulum 2013, karena K13 mencakup tentang kreatifitas, kemandirian dan minat belajar siswa yang sesuaijuga dengan tujuan pendidikan Nasional.
4.      Kelompok 4
Pada dasarnya dalam Kurikulum 2013 sudah terealisasikan tujuan Nasional yang terdapat di UU No. 20 tahun 2003 pasal 3. Namun, tergantung dari pribadi siswanya masing-masing, apakah dapat merealisasikan dalam kehidupan nyata atau tidak.
5.      Kelompok 5
Menurut kami (Kelompok 5), tujuan pendidikan nasional menurut UU No.20 Tahun 2003 Pasal 3 belum terealisasikan didalam kurikulum 2013, karena tujuannya sangat ideal dan sulit untuk direalisasikan apalagi diukur keberhasilannya, hal ini dikarenakan memang tidak ada ukuran atau kriteria yang pasti. Dan sampai saat ini belum ada rumusan dan ukuran yang jelas bagaimana potensi manusia itu di nilai. Misalnya, apakah manusia yang suka ke masjid merupakan seorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tidak.
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Pengembangan tujuan kurikulum merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam proses pengembangan kurikulum, sebab tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan. Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan, serta sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.
Pengembangan materi kurikulum menyangkut proses penentuan bahan atau materi yang perlu dipahami oleh peserta didik. Pengembangan materi kurikulum bersumber pada beberapa aspek, yaitu masyarakat, siswa, dan ilmu pengetahuan. Setiap aspek harus diseimbangkan satu sama lain agar kurikulum yang terbentuk menjadi lebih berkualitas.

B.   Saran

Semoga makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai calon pendidik mengenai pengembangan tujuan dan isi kurikulum.



Daftar Pustaka

Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: Prenada Media Group.
http://www.scribd.com/doc/32248702/Prinsip-Pengembangan-Kurikulum-Endick.
http://ins-think.blogspot.co.id/2012/03/pengembangan-tujuan-dan-isi-kurikulum.html.

Jurnal Teknologi Informasi dan Pendidikan. Vol.1 No.1. Maret 2010. ISSN : 2086 – 4981.